Dua Periode Jadi RT, Basri Bongkar CSR Pertamina Dumai Tak Pernah Dirasakan Warganya

Dua Periode Jadi RT, Basri Bongkar CSR Pertamina Dumai Tak Pernah Dirasakan Warga
Foto: Ketua RT 05 Kelurahan Tanjung Palas, saat goro di sepanjang jalan Tg Jaya

SEKILASRIAU.COM – Ketua Rukun Tetangga (RT) di Kelurahan Tanjung Palas, Basri, mengungkapkan bahwa selama dua periode menjabat, warganya tidak pernah merasakan manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU II Dumai.

Pernyataan itu ia sampaikan saat kegiatan gotong royong bersama PT KPI RU II Dumai di sepanjang Jalan Tg Jaya, Sabtu (15/11/2025).

Ia menilai isu mengenai renggangnya hubungan masyarakat Ring I dengan Pertamina Dumai masih terjadi karena warga merasa belum mendapatkan hak-hak sosial yang semestinya dipenuhi perusahaan.

“Selama saya jadi RT dua periode ini, saya tidak pernah tahu warga saya menerima bantuan CSR selama ini,” ujar ketua RT 05, Kelurahan Tanjung Palas, Basri, kepada Sekilas Riau, Sabtu (15/11/2025).

Ia mengakui bahwa dalam sebulan terakhir perusahaan mulai terlihat aktif melakukan berbagai kegiatan sosial seperti gotong royong, Jumat Berkah, dan kunjungan rutin ke lingkungan warga.

Meski begitu, menurut Basri, hal tersebut tidak boleh melupakan kewajiban sosial yang jauh lebih mendasar bagi masyarakat yang hidup berdampingan langsung dengan kilang.

“Kegiatan seperti gotong royong dan Jumat Berkah itu bagus, kami apresiasi. Tapi jangan sampai kegiatan seremonial membuat perusahaan lupa bahwa ada kewajiban sosial yang lebih penting untuk warga Ring I,” katanya.

Basri menjelaskan bahwa warga yang tinggal tepat di sisi kilang setiap hari masih merasakan dampak operasional, terutama polusi udara, getaran serta kebisingan.

Oleh karena itu, menurutnya, kompensasi bukan sekadar bantuan tambahan, melainkan kewajiban perusahaan.

“Kami tinggal persis di samping kilang. Dampaknya jelas terasa, terutama polusi udara, getaran serta kebisingan. Jadi perusahaan harus hadir bukan hanya lewat kegiatan sosial tapi juga melalui kompensasi yang jelas dan terukur. Menurut saya ini bukan tuntutan berlebihan, ini konsekuensi logis dari hidup berdampingan dengan industri sebesar Pertamina,” katanya.

Menurut dia lagi, masyarakat Ring I berhak mendapatkan perlindungan, pemantauan lingkungan, bantuan kesehatan, serta kompensasi berkala sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan atas dampak yang tidak bisa dihilangkan sepenuhnya.

Basri juga menyoroti bahwa perhatian perusahaan terhadap kesehatan, pendidikan, dan ketersediaan air bersih masih belum benar-benar dirasakan warga Tanjung Palas.

“Terus terang, kepedulian Pertamina Dumai terhadap kesehatan, pendidikan, dan air bersih itu belum kami rasakan secara nyata. Soal CSR, masyarakat masih bertanya-tanya apa yang sebenarnya sudah mereka buat. Selama ini kami tidak mengetahuinya,” ungkap Basri.

Basri berharap kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan belakangan ini bukan hanya agenda sementara, tetapi menjadi awal dari pembenahan menyeluruh terhadap komitmen sosial perusahaan terhadap warga yang tinggal paling dekat dengan kilang.

“Kami harap kegiatan ini bukan sebatas kegiatan musiman. Warga Ring I ingin sinergi yang nyata, konsisten, dan berkelanjutan. Jangan sampai pembenahan perusahaan membuat kewajiban sosial justru terabaikan,” tutupnya.

Hingga artikel ini diterbitkan, GM KPI RU II Dumai, Iwan Kurniawan, belum dapat dihubungi untuk dimintai tanggapannya. (Red)