Indikasi Open BO Antar Pelajar Terungkap

Indikasi Open BO Antar Pelajar Terungkap
Indikasi Open BO Antar Pelajar Terungkap

SEKILASRIAU.COM – Indikasi open booking order alias Open BO antar pelajar terungkap berawal dari razia handphone.

Perkembangan teknologi membuat dampak negatif di kalangan remaja. Para remaja akan sering mengunjungi situs yang berbau negatif.

Apalagi kurangnya pengawasan Orang tua dalam memantau anak-anaknya.

Kasus prostitusi yang menyasar kalangan pelajar di temukan setelah ada razia handphone oleh pihak sekolah.

Pada saat razia di dapati beberapa handphone, pelajar saling menjual temannya yang berada dalam satu grup WhatsApp.

“Jadi kami akan melihat itu di sekolah mana, karena itu kedapatan setelah adanya razia handphone. Pas dibuka handphonenya mereka sudah saling menjual antar siswa,” ungkap Sekretaris Daerah Kota Pangkalpinang, Radmida Dawam kepada Bangkapos.com, Minggu (4/9/2022)

Pemerintah Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung telah menjadwalkan pemanggilan seluruh kepala sekolah SMP hingga SMA/sederajat, baik negeri maupun swasta pada Selasa, 6 September 2020.

Keputusan itu diambil setelah adanya pembahasan dengan Satuan Tugas (Satgas) Tindak Pidana Perdagangan Orang atau TPPO.

“Hari Selasa kita akan menindaklanjutinya, mengumpulkan semua para kepala sekolah untuk melakukan pertemuan,” kata Radmida Dawam

Radmida mengungkapkan, adanya indikasi prostitusi online atau open BO antar siswi di kalangan pelajar ini memang menjadi perhatian khusus Pemerintah Kota Pangkalpinang bersama dengan Satgas TPPO.

Pihaknya Mengingatkan

Pihaknya akan mengingatkan seluruh kepala sekolah agar kasus prostitusi anak tidak terulang kembali.

Sebelumnya para guru bimbingan konseling atau BK sudah terlebih dahulu dipanggil oleh Pemkot untuk diberikan pemahaman tentang TPPO.

“Jangan sampai ini terjadi kepada anak-anak kita, mereka generasi penerus. Mereka mencari uang dengan sangat mudah, gampang tetapi dengan cara yang salah,” tegas Radmida.

Radmida berpesan agar para orang tua selalu mengawasi anaknya masing-masing.

Jangan sampai semua permasalahan diserahkan ke pihak sekolah. Begitu juga jangan menjadikan guru sebagai penanggung jawab anaknya.

Menurutnya guru hanya memiliki tanggung jawab untuk memberikan ilmu pengetahuan.

“Orang tua adalah pendidik pertama dan utama itu yang saya harapkan. Miris saya melihat kondisi ini. Tolong di awasi penggunaan handphone kapan saatnya mereka (Siswa) menggunakan handphone,” pungkas Radmida.

Editor: Do