SEKILASRIAU.COM – Muatan berlebih atau tonase truk kerap menjadi alasan utama kerusakan jalan di berbagai daerah. Namun sayangnya, dalam setiap persoalan jalan rusak, sopir truk sering kali dijadikan pihak yang disalahkan, apalagi saat kepala daerah turun langsung ke lapangan.
Fenomena ini kembali ramai diperbincangkan setelah viral di media sosial baru-baru ini.
Seorang jurnalis senior Kota Dumai, Iskandar, diduga turut menyampaikan pandangannya melalui akun Facebook miliknya.
“Jalan hancur karena tonase berlebih? Jangan salahkan supir truk! Timbangan kemana?,” tulis akun Facebook @Iskandar Dumai, Senin (29/9/2025).
Unggahan tersebut sontak memantik perhatian warganet bahkan seorang warga kota Dumai setelah melihat postingan tersebut.
Salah satunya datang dari seorang pemuda Kota Dumai bernama Yanuar.
Kepada Sekilas Riau, Yanuar menilai pernyataan jurnalis senior itu telah mewakili pertanyaan masyarakat.
Menurutnya, jalan rusak parah sering terlihat, namun solusi nyata tidak kunjung hadir. Yang terjadi justru sopir truk dijadikan kambing hitam.
“Supir truk hanya menjalankan tugas sesuai instruksi perusahaan. Mereka tidak punya kuasa menentukan seberapa besar muatan yang harus dibawa,” ujar Yanuar.
Bukan Salah Supir
Ia menambahkan, yang lebih penting bukan menyalahkan sopir, melainkan memastikan sistem pengawasan berjalan baik, termasuk fungsi jembatan timbang.
“Kalau pengawasan efektif, truk bermuatan lebih bisa dicegah sebelum masuk ke jalan umum. Nah, kalau ternyata jalan rusak meski tonase sesuai aturan, berarti kualitas jalan yang perlu dievaluasi,” tegasnya.
Masyarakat Dumai pun berharap pemerintah bersama pihak terkait memperbaiki sistem pengawasan angkutan barang sekaligus meningkatkan kualitas pembangunan jalan.
“Dengan begitu, kerusakan jalan bisa ditekan dan infrastruktur benar-benar memberi manfaat jangka panjang,” tutup Yanuar.
Kepada Sekilas Riau, Yanuar menilai unggahan jurnalis senior tersebut telah mewakili pertanyaan masyarakat yang viral saat ini.
Dikatakan Yanuar, masyarakat kerap menyaksikan jalan rusak parah, namun solusi nyata tak kunjung hadir dan malah supir truk jadi kambing hitam.
Ia menilai, supir truk hanya menjalankan tugas sesuai instruksi perusahaan.
“Saya rasa sang supir tidak memiliki kuasa untuk menentukan beban muatan yang harus dibawa. Mereka hanya menjalankan tugas sesuai apa kata bos,” ujar Yanuar, kepada Sekilas Riau saat bincang-bincang di warung kopi, Senin (29/9/2025).
Supir Disalahkan
Namun di lapangan yang tengah viral saat ini, lanjut Yanuar, supir justru kerap diposisikan sebagai pihak yang bertanggung jawab setiap kali jalan mengalami kerusakan.
“Tidak adil jika supir terus disalahkan. Yang lebih penting adalah memastikan sistem pengawasan tonase berjalan dengan baik, termasuk fungsi jembatan timbang,” sambungnya.
Yanuar mencontohkan pada kota kelahirannya. Di Dumai jalan-jalan vital yang menjadi akses menuju pelabuhan maupun kawasan industri tentu melewati timbangan.
“Jika pengawasan efektif, kelebihan muatan pasti dapat dicegah sebelum truk memasuki jalan umum. Nah, apabila jalan rusah akibat tonase yang telah sesuai, maka kekuatan jalanlah yang harus disorot kembali,” tuturnya.
Masyarakat berharap pemerintah kota bersama pihak terkait segera memperbaiki sistem pengawasan angkutan barang. Begitu pula dengan pembangunan jalan.
“Dengan begitu, kerusakan jalan yang berulang bisa ditekan, dan pembangunan infrastruktur benar-benar memberikan manfaat jangka panjang,” ucapnya.
Terakhir ia menilai, unggahan jurnalis senior ini menjadi pengingat bahwa masalah jalan rusak bukan sekadar soal siapa yang membawa kendaraan, tetapi tentang bagaimana regulasi ditegakkan dan pengawasan dijalankan termasuk pada pembangunan jalan. (Red)












