Peran PHR Menjadi Energi Baru di Bandar Bakau Dumai

SEKILASRIAU.COM – Setelah mendapatkan sentuhan lembut dari Pertamina Hulu Rokan (PHR) kawasan Hutan Bandar Bakau di Kota Dumai Provinsi Riau menjadi energi baru di segala bidang.

Program konservasi Hutan mangrove oleh PHR dengan menjadikan kawasan Ecoeduwisata di Bandar Bakau Dumai beberapa waktu yang lalu telah mendapatkan manfaat yang luar biasa.

Sejak berdiri pada 20 Desember 2018, Komitmen PHR menjadikan perusahaan terdepan dalam upaya pelestarian hutan dan kawasan mangrove di Indonesia patut diacungkan jempol.

“Kami sangat merasokan manfaat yang luar biaso sejak PHR masuk di Bandar Bakau Dumai ini,” kata pendiri kelompok pecinta alam bahari Bandar Bakau Dumai, Darwis kepada awak media Sekilasriau.com dengan logat bahasa melayunya, Kamis (31/8).

Dijelaskan Darwis, selama mendapatkan sentuhan dari PHR baik segi fasilitas pendukung seperti pusat informasi, panggung teater, sarana dan infrastruktur lain, tempat wisata edukasi di Bandar Bakau ini lebih tersosialisasi.

“Kami benar-benar merasakan kemudahan dalam mengedukasi terkait pentingnya hutan mangrove disini, selain itu pengunjung juga semakin ramai,” jelas Tok Darwis, sapaan akrabnya.

Tok Darwis mengungkapkan tidak menyangka program sederhana dari PHR ini dapat memudahkan pengunjung serta pecinta alam dalam berbagi pengetahuan tentang pentingnya pohon bakau dalam menjaga kawasan pesisir dari ancaman abrasi dan sebagainya.

Selanjutnya Tok Darwis juga tak lupa mengucapkan terimakasihnya atas support dan dukungan dari PHR serta kepeduliannya dalam pelestarian hutan dan kawasan mangrove di Indonesia khususnya di Kota Dumai ini.

Di akhir wawancara, Tok Dawis juga berharap kedepannya PHR dapat mendukung menciptakan Labor Mangrove untuk kepentingan dalam mempelajari dan melestarikan pohon bakau, seperti ruang pengambilan warna, ruang sentuh ekologi dan lain-lain.

“Kami berharap dapat memiliki Labor Mangrove dan kita seharusnya telah memilikinya untuk kepentingan riset sebagai pusat pembelajaran keanekaragaman hayati dan budidaya mangrove, kalau tidak salah seperti di Bali,” harapnya.

Pantauan media Sekilasriau.com, lokasi Bandar Bakau Dumai yang terletak di Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai Barat ini memang ramai dikunjungi masyarakat, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa bahkan dari kelompok pecinta alam.

Pengunjung Bandar Bakau Dumai saat Bersantai

Membaur dengan alam juga diketahui menjadi salah satu bentuk kesehatan tubuh, termasuk juga mental dan menghilangkan stres di tengah-tengah kebisingan hiruk pikuk kota serta mendapatkan udara yang bersih.

Komitmen PHR

Dari semua itulah PHR berkomitmen menjadi perusahaan terdepan dalam upaya pelestarian hutan di Indonesia dengan program konservasi Hutan mangrove dan memanfaatkannya sebagai kawasan Ecoeduwisata.

Sebagaimana yang diungkapkan Corporate Secretary PHR, Rudi Ariffianto, beberapa waktu lalu dalam press releasenya yang mengatakan PHR terus berikhtiar dalam menjaga alam dan ekosistem lingkungan yang terjaga demi generasi penerus bangsa.

“Ini merupakan komitmen PHR untuk berperan aktif dalam pelestarian kawasan mangrove di Indonesia. Lewat program TJSL di bidang lingkungan ini, PHR konsisten untuk terus menghadirkan alam yang lestari,” jelasnya.

Di Bandar Bakau Dumai, kata Rudi Ariffianto, program konservasi mangrove dan Ecoeduwisata merupakan implementasi dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR. Selain bidang lingkungan hidup juga berfokus pada bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat, pendidikan, kesehatan, dan bantuan pasca bencana.

Sebagaimana diketahui 10 program di tahun 2021, kini PHR dalam setahun telah melaksanakan 30 program TJSL yang dilaksanakan oleh berbagai mitra pelaksana yang jumlahnya juga meningkat dari 10 ke 21 mitra.

Dari segi dampak ke masyarakat, terdapat peningkatan 4 kali lipat jumlah penerima manfaat, dari 5.000 menjadi 21.000 orang penerima manfaat di Provinsi Riau untuk seluruh program CSR di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan tersebut.

Seluruh program itu tercakup ke dalam 12 dari 17 target atau goals dalam Sustainable Development Goals (SDGs).

Apa itu Mangrove

Hutan Mangrove berasal dari kata`mangal` yang berarti komunitas suatu tumbuhan.

Kata mangrove mempunyai dua arti yakni pertama sebagai komunitas tumbuhan ataupun hutan yang tahan akan kadar salinitas/ garam (pasang surutnya air laut), dan kedua sebagai individu spesies.

Keberadaan hutan mangrove sangat vital dalam menjaga dan mencegah Bumi dari dampak perubahan iklim, selain pemanasan global.

Manfaat hutan mangrove yang lain seperti menjaga iklim dan cuaca, wisata, sumber pakan ternak, mencegah abrasi kawasan pesisir, tempat berlabuh pantai hingga pengembangan ilmu pengetahuan.

Pohon mangrove berperan untuk menyerap polusi serta sedimen agar tidak mengalir ke laut. Selain itu juga menjadi penghalang lumpur yang dapat merusak terumbu karang laut.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa keberadaan pohon mangrove mampu membuat ekosistem laut tumbuh dengan baik.

Mangrove dan Bakau

Istilah mangrove ini tidak hanya tertuju pada satu jenis spesies tertentu, tetapi mencakup semua pohon-pohon atau semak-semak di suatu kawasan yang terkena pasang surut air laut dan membentuk suatu komunitas.

Sedangkan Bakau atau Rhizophora sp merupakan salah satu spesies penyusun kawasan mangrove.

Bakau (Rhizophora) adalah nama sekelompok tumbuhan dari genus Rhizophora, suku Rhizophoraceae.
Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang mencolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar).

Hutan mangrove yang juga kita kenal dengan hutan bakau ini merupakan sebuah ekosistem yang bersifat khas karena adanya aktivitas daur penggenangan oleh pasang surut air laut. *