PHR Olah Sampah untuk Jaga Kelestarian Hutan

PHR Olah Sampah untuk Jaga Kelestarian Hutan
Team Manager OE/HES Environment PHR, Niko Prasetiyo dan rekannya saat menunjukkan pupuk kompos olahan sampah berbentuk cair

PEKANBARU – Memasuki area Komplek Perumahan Pertamina (Komperta) Rumbai, Pekanbaru, Provinsi Riau, tentu akan mendapatkan suguhan udara segar serta pemandangan alami.

Pohon-pohon besar, daun menghijau kemudian kicauan burung seakan berada di lingkungan yang didambakan orang selama ini.

Biasanya, setiap perumahan atau perkantoran disuguhi dengan pemandangan tumpukan sampah, namun hal tersebut tidak di Komperta Rumbai.

Sejak awal dikelola, perusahaan BUMN ini memang berkomitmen untuk mematuhi semua peraturan perundangan. Termasuk aturan menjaga lingkungan serta habitat yang dilindungi.

Dengan memiliki luas lebih kurang 1.226,28 Ha yang terdiri dari perumahan, perkantoran dan hutan, PHR menunjukkan komitmennya dalam menjaga kelestarian alam termasuk di Komperta Rumbai.

Dari luas area tersebut, 420 Ha merupakan hutan sekunder tua yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan di sekitar.

PHR tidak hanya menjadi penghasil Migas nomor satu Indonesia tapi juga dinilai sukses menjaga kelestarian serta perkembangan lingkungan di Bumi Lancang Kuning.

Ini semua berkat sentuhan lembut tangan ahli dimiliki PHR dalam mengelola sampah yang saat ini menjadi momok hampir disetiap daerah dan dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian alam.

Dalam persentase timbulan sampah south area pada tahun 2023, hampir mencapai 16 Ton lebih setiap harinya. Terdiri dari 31,41 persen Anorganik dan 68,59 persennya sampah Organik.

Sampah ini dikelola dengan baik sehingga menjadi solusi pemanfaatan untuk menjaga alam kelestarian hutan serta dapat berdampak positif pada habitat yang ada didalamnya.

Team Manager OE/HES Environment PHR, Niko Prasetiyo, menjelaskan ada 2 jenis sampah di area Komperta Rumbai, yakni Anorganik dan Organik. Semua sampah dikelola dengan baik sampai dapat berbaur dengan alam.

Dijelaskannya, Anorganik ini adalah sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik pembungkus makanan, kertas, botol, kaleng, kayu dan sebagainya. Sementara Organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran dan lainnya.

Dikatakan Niko Prasetiyo, pengelolaan sampah domestik di PHR WK Rokan South Area yang pertama melalui Material Recovery Fascility (MRF).

“Di pengelohan ini, sampah yang dibawa pengangkut akan dipilahkan antara Anorganik dan Organik serta juga dilakukan penyemprotan menggunakan cairan anti lalat,” kata Niko, Rabu (21/8/2024).

Setelah itu, sampah Anorganik nanti terbagi menjadi 2, yaitu pertama Reusable, yang dikelola oleh pihak ketiga. Dan kedua Unreusable, yang akan memasuki proses di Landfill.

diproses di Landfill dan kemudian dilakukan Comprosting Area yang memiliki 2 cara yakni comprosting secara alami dan dengan bantuan mikroba yang menjadikan sampah menjadi kompos, baik berbentuk padat maupun cair.

Pengelohan sampah pada proses Landfill terdapat 4 cell, masing-masing cell memiliki 2 gas venting yang berfungsi mengatur air lindi memenuhi baku mutu dan mencegah terjebaknya bau gas methan untuk berbaur di lingkungan sesuai dengan PermenLHK.

Dari pengolahan sampah dijadikan kompos ini, PHR memanfaatkannya untuk menjaga serta melestarikan hutan dan habitat yang ada didalamnya secara alami.

“Kompos yang diolah itu kami gunakan untuk merawat hutan agar dapat melestarikan lingkungan serta habitat yang ada,” ujar Field Manager FM MTCE Coordinator, Erwan, Rabu (21/8/2024) di Camp PHR Rumbai.

Dikatakan Erwan, PHR juga berusaha melakukan perkembangbiakkan untuk melestarikan hutan, seperti melakukan pembibitan dan memilah-milah pohon-pohon kecil ke tempat yang telah dipersiapkan.

“Saat ini setidaknya ada sebanyak 300 bibit pohon di tempat pembibitan. Semua dilakukan demi menjaga kelestarian hutan serta habitat didalamnya. Termasuk yang dilindungi,” kata Erwan.

Dalam pemaparannya, pada tahun 2024, tercatat 360 jenis pohon di hutan Komperta PHR Rumbai yang memiliki luas 420 Ha. Tercatat juga 4 spesies pohon langka, yakni Saninten (Castanopsis Argentea), Kulim (Scorodocarpus Borneensis), Jelutung (Dyera Costulata), dan Gaharu (Aquilaria Malaccensis).

“Pohon langka yang ada di hutan Rumbai memiliki tinggi bervariasi ada mencapai 80 Meter, seperti pohon Jelutung, juga memiliki diameter mencapai 300 Cm,” papar Erwan.

Sementara keanekaragaman Avifauna tercatat 136 spesies burung. Terdapat 23 spesies dilindungi seperti Kangkareng Hitam, Takur Ampis Sumatra, Elang Brontok, Elangular Bido, dan spesies burung dilindungi lainnya.

Sedangkan keanekaragaman primata terdapat 8 spesies. Ada 4 spesies dilindungi seperti Kukang, Lutung Kelabu, Simpai dan Owa Ungko.

Erwan juga mengungkapkan di hutan Komperta Rumbai juga terdapat keanekaragaman Lepidoptera, tercatat 82 species pada tahun 2024. Sedangkan hewan mamalia tercatat 16 spesies.

“Untuk keanekaragaman Reptil tercatat 15 jenis dan mamalia 7 jenis Amphibi,” terang Erwan.

Dalam menjaga kelestarian hutan dan pengembang biak dengan memanfaatkan sampah, tentunya PHR turut melestarikan habitat sesuai dengan komitmennya. (Red)