Sebanyak 631 Kasus HIV AIDS di Kota Dumai, Peringkat Ketiga Setelah Bengkalis

Sebanyak 631 Kasus HIV AIDS di Kota Dumai, Peringkat Ketiga Setelah Bengkalis

SEKILASRIAU.COMSebanyak 631 Kasus HIV AIDS di wilayah Kota Dumai dan memasuki peringkat ketiga setelah Kabupaten Bengkalis.

Data itu di rangkum dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau sepanjang tahun 2022 terhitung sampai bulan November 2022.

Di Kota Dumai, sebanyak 631 Kasus ditemukan terjangkit HIV AIDS, sementara Kota Pekanbaru di temukan kasus paling tinggi.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Zainal Arifin mengatakan kasus HIV AIDS paling banyak ditemukan di Kota Pekanbaru.

“Iya, memang kasus (HIV Aids) di Riau paling banyak ditemukan di Kota Pekanbaru,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Zainal Arifin belum lama ini, dikutip dari Tribunpekanbaru.com.

Diurutan kedua adalah Kabupaten Bengkalis dengan jumlah kasus HIV Aids sebanyak 721 kasus.

Kemudian Dumai 631 kasus, Pelalawan 449 kasus, Rokan Hilir (Rohil) 388 kasus, Indragiri Hilir 349 kasus, Siak 186 kasus, Meranti 143 kasus, Rokan Hulu 141 kasus, Indragiri Hulu 111 kasus dan Kampar 104 kasus.

“Kasus terendah ditemukan di Kabupaten Kuansing sebanyak 81 kasus,” ujarnya.

Sementara dari sisi jenis kelamin, paling banyak ditemukan pada kaum laki-laki sebanyak 86 persen. Sedangkan untuk kaum perempuan 32 persen.

“Kalau dari sisi usia yang paling banyak itu direntang usia 25 – 49 tahun, sebanyak 75 persen,” kata Zainal.

Pihaknya mengimbau kepada Orang Dengan HIV AIDS (Odha) agar semangat untuk sembuh.

“Konsumsi obat yang sudah kita berikan secara rutin. Mereka juga kita edukasi agar tidak menularkan ke orang lain,” ujarnya.

Selain itu pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan sek bebas dan bergonta-ganti pasangan.

“Setia pada pasangan, supaya tidak tertular penyakit HIV Aids,” katanya.

Zainal mengungkapkan, HIV AIDS banyak ditularkan dari hubungan suami istri yang tidak sehat dan tidak aman. Sebab untuk penularan melalui transfusi darah hampir bisa dipastikan tidak ada.

“Kalau dari transfusi darah itu kita pastikan sudah zero. Karena sebelum darah itu ditransfusi kan dicek lagi. Malah kadang-kadang dari donor darah itu kita menemukan ada kasus HIV AIDS,” ujarnya.

Pelajar

Sebelumnya, 95 orang pelajar dan mahasiswa di Riau dinyatakan terjangkit Hiv Aids sepanjang tahun 2022 terhitung sampai bulan November 2022.

Hal ini diketahui dari data Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Data ini sangat mengejutkan.

Pasalnya jumlah 95 pelajar dan mahasiswa yang terjangkit HIV Aids ini mengalahkan kelompok penjaja seks atau PSK.

Angka ini jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan kasus HIV Aids pada kelompok penjaja seks yang hanya 88 orang.

Sementara diurutan pertama kasus HIV Aids masih dialami oleh karyawan dengan jumlah kasus sebanyak 1.205 orang.

Sementara diposisi kedua adalah kalangan wiraswasta sebanyak 724 kasus.

Diposisi ketiga adalah kalangan ibu rumah tangga dengan jumlah tersebut, 513 kasus.

Ketua Komisi Penananggulangan AIDS (KPA) Provinsi Riau yang juga Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution, Kamis (8/12/2022) mengatakan bahwa para remaja merupakan kelompok yang potensial terjangkit HIV AIDS.

Menurut Wagubri, program yang selama ini dilakukan, baik sosialisasi dan sebagainya, belum sepenuhnya efektif mencegah remaja untuk tidak terinfeksi dengan virus menular pada kemaluan ini.

Edy mengatakan, harus ada upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV/AIDS, khusunya dari kalangan produktif. Sebab, 60 persen kasus HIV/AIDS banyak ditemukan pada kelompok produktif, yakni dengan rentang umur 25-45 tahun.

“Dari data tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa para remaja merupakan kelompok yang sangat potensial terjangkit HIV/AIDS, yang diakibatkan oleh perilakunya sendiri,” katanya.

Hal itu karena kelompok remaja memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu, termasuk HIV/AIDS.

“Seperti yang sama-sama kita ketahui, remaja mwemiliki rasa ingin tahu yang tinggi, selalu ingin mencoba hal baru, sehingga tidak sedikit remaja terjerumus dalam perilaku negatif,” imbuh Edy Nasution.

Dengan begitu, Wagubri mengimbau masyarakat khususnya remaja untuk ambil peran dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS.

Sebab menurutnya, jika berkomunikasi dengan sebaya akan jauh lebih efektif dan lebih mudah.

“Caranya dengan membangun kesadaran kepada kelompok sebaya, yakni dengan memanfaatkan pendidikan sebaya, karena kalau kita berkomunikasi dengan kelompok sebaya itu akan lebih efektif dan lebih mudah menyampaikan informasi,” kata Wagubri.

Sudah saatnya upaya penanggulangan HIV/AIDS dilakukan secara sistemik dan terpadu, mulai dari peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, hingga perawatan dukungan pengobatan bagi ODHA dan orang-orang terdampak HIV/AIDS.

“Pemahaman HIV/AIDS pada remaja perlu kita tingkatkan secara lebih luas lagi, kepada remaja, mari kita lebih tingkatkan keimanan dan ketakwaan, hindari kegiatan-kegiatan yang bisa berisiko terjadinya penurunan HIV/AIDS dengan cara melakukan pantangan dan jangan pernah sekali-kali menggunakan narkoba,” katanya.

Masih merujuk dari data Dinas Kesehatan Provinsi Riau, ternyata Kota Pekanbaru merupakan lumbungnya kasus HIV Aids di Provinsi Riau.

Dari 8.034 kasus HIV Aids yang ditemukan di Riau pada tahun 2022 ini, lebih separonya ditemukan di Pekanbaru.

Editor: Do