Tradisi Ritual Semah Kapal

Tradisi Ritual Semah Kapal
Tokoh masyarakat Rupat, H. Ahmad Thaib saat memimpin doa di ritual tradisi Semah Kapal, pada Kamis 12 Oktober 2023

SEKILASRIAU.COM – Warga Sei. Injab Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis tengah melakukan tradisi ritual Semah Kapal, Kamis (12/10/2023).

Tradisi ritual Semah Kapal ini dilakukan saat hendak menurunkan sebuah kapal baru selesai dibuat ke air.

Tak hanya kapal baru, kapal yang telah selesai perbaikan atau pergantian atau sering disebut “Dock” juga banyak ditemukan dilakukan ritual ini.

Salah seorang tokoh masyarakat Sei. Injab, H. Ahmad Thaib mengatakan Semah Kapal ini merupakan tradisi yang dilakukan orang-orang tua dahulu saat kapal baru atau kapal selesai perbaikan atau disebut “Dock” dan telah siap untuk difungsikan.

H. Ahmad Thaib menjelaskan tujuan dari ritual ini hanya untuk mengucap syukur kepada Allah SWT atas berkah yang telah diberikan dan memohon keberkahan, perlindungan serta keselamatan untuk kapal yang telah bersiap melaut.

“Jadi tujuan dari Semah Kapal ini hanya bertujuan untuk meminta keberkahan dan perlindungan serta keselamatan,” kata Ahmad Thaib.

Dalam pantauan media Sekilasriau.com, sebelum kapal baru itu didorong ke air dilakukan doa bersama di sekitar kapal, setelah itu dilakukan makan bersama yang sebelumnya makanan tersebut telah disajikan.

Adapun makanan yang tersaji itu adalah nasi kunyit atau sering disebut juga nasi kuning yang disertai bumbu-bumbu dan lauk pauk.

Tradisi ritual Semah Kapal ini sering dijumpai dilakukan oleh masyarakat-masyarakat yang berada di pesisir pantai seperti di Riau.

Semah Kapal di Karimata Kalimantan 

Berdasarkan penulusuran, ada perbedaan semah kapal yang dilakukan warga Sei. Injab Kabupaten Bengkalis, Riau ini dengan yang ditemukan di Kepulauan Karimata di Kalimantan Barat, Indonesia.

Di Kalimantan, Semah kapal ini adalah Ritual adat atau serangkaian tindakan yang dilakukan oleh masyarakat adat sesuai dengan kepercayaan dan tradisi mereka.

Upacara ini biasanya diadakan pada bulan April, sebelum dimulainya musim angin selatan.

Di sana, upacara Semah kapal diawali dengan pembuatan replika kapal yang disebut ajung, dan replika rumah yang disebut balai. Ajungnya terbuat dari kayu dan bambu, serta dihiasi bendera dan pita warna-warni.

Sementara balai adalah sebuah bangunan kecil seperti gubuk yang digunakan untuk menampung persembahan bagi roh.

Pada hari upacara, ajung dan balai dibawa berkeliling desa dalam suatu prosesi.

Prosesi ini dipimpin oleh seorang dukun yang melantunkan doa dan memanggil roh. Begitu arak-arakan sampai di pantai, ajung diturunkan ke laut. Sedangkan balai ditempatkan di tepi pantai, dan persembahan diberikan kepada roh.

Namun tujuan dari semua ini hampir sama yakni untuk menunjukkan rasa syukurnya terhadap laut dan memohon perlindungannya. Dan Ini juga merupakan cara untuk memperkuat ikatan komunitas dan merayakan warisan budaya bersama.

Selain memiliki makna budaya, upacara Semah kapal juga merupakan pengingat akan pentingnya keselamatan laut.

Sebelumnya diketahui, Kepulauan Karimata terletak di jalur pelayaran yang sibuk, dan banyak masyarakatnya yang menggantungkan mata pencahariannya pada laut.

Upacara Semah kapal merupakan salah satu cara untuk memohon keselamatan bagi semua orang yang melakukan perjalanan di laut.

Namun ada yang menyatakan tradisi ritual semah kapal di Karimata Kalimantan ini adalah ritual semah laut. *